Orang Yang Dicabut Darinya Hidayah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Orang Yang Dicabut Darinya Hidayah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 15 Jumadal Akhir 1445 H / 28 Desember 2023 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Orang Yang Dicabut Darinya Hidayah
ماضٍ فيَّ حُكمُك عَدْلٌ فيَّ قضاؤُك
“Berlangsung kepadaku semua ketentuan hukumMu Ya Allah, dan selalu adil pada diriku segala ketentuan takdir yang Engkau berikan kepadaku.”
Di bagian pembahasan yang lalu kita sudah sebutkan bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan bagi hamba-hambaNya jalan kebaikan, menjelaskan petunjuk para nabi dan para rasul, menurunkan kitab-kitab, memudahkan bagi hamba sebab-sebab hidayah, maka ini adalah keadilan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata dan sekaligus ini adalah karuniaNya. Sebagaimana ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan taufik dan memutus dari hamba ini karuniaNya, maka tetap Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan untuknya keadilanNya.
Ketika menjelaskan masalah ini, Ibnul Qayyim berkata bahwa orang yang dicabut darinya hidayah ada dua macam. Yang pertama, terjadinya hal ini sebagai balasan dari Allah bagi hamba ini karena dia yang berpaling dari Allah, lebih mengutamakan mengikuti musuh Allah (yaitu iblis), dengan mentaati dan menyetujui panggilan iblis, serta melupakan berdzikir dan bersyukur kepada Allah. Maka orang yang seperti ini memang pantas untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala berpaling darinya dan meninggalkannya, tidak memberikan taufik kepadanya.
Jadi hamba ini awalnya sudah mendapatkan hidayah, petunjuk, dan penjelasan, tapi kemudian dia berpaling, tidak mau mengikutinya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mudahkan dia sebab untuk bisa mendapatkan hidayah tersebut.
Yang kedua, memang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki hidayah bagi hamba ini sejak semula. Kita harus ingat di sini, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki atau tidak menghendaki, itu sesuai dengan kesempurnaan hikmahNya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha berbuat apa yang dikehendakiNya. Di sini kita harus yakin bahwa ada yang tidak kita ketahui.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berkehendak agar hamba ini mendapatkan hidayah pada awal pertama kali, karena Allah Maha Mengetahui bahwa hamba ini tidak mensyukurinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak memuji Allah atas hidayah tersebut, dan memang tidak mencintainya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki hamba ini mendapatkan hidayah, karena memang hamba ini tidak pantas mendapatkan hidayah, karena tidak ada tempat yang pantas pada diri hamba ini untuk menerima hidayahNya. Dia yang menciptakan hambaNya, tentu Dia tahu siapa yang mendapatkan hidayah dan siapa yang tidak pantas mendapatkannya.
Kita menyikapi hal yang seperti ini sebagai berita, maka kita benarkan. Jadi tidak perlu kita protes. Bagaimana mungkin ada orang yang Allah kehendaki dia tidak dapat hidayah? Bagaimana orang ini kasihan, dan seterusnya. Kita katakan Allah Maha Mengetahui siapa yang pantas mendapatkan hidayah, siapa yang pantas mendapatkan karuniaNya, dan siapa yang tidak pantas. Tidak perlu kita protes.
Kita, sebagai hamba, membenarkan dan berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari sifat-sifat buruk. Minta kepada Allah agar kita mendapatkan hidayahNya, dan mohon kepada Allah kalau ada sifat-sifat kekurangan yang kita miliki agar bisa memperbaikinya sehingga kita pantas mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah yang seharusnya kita lakukan dan kita tingkatkan pada diri kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al-An’am Ayat 53:
وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
“Dan demikianlah Kami menjadikan cobaan sebagian mereka dengan sebagian yang lain, agar mereka mengatakan: ‘Apakah orang-orang ini yang Allah berikan karunia melebihi kami?’ Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Mengetahui tentang siapa di antara hamba-hambaNya yang bersyukur?” (QS. Al-An’am[6]: 53)
Yakni, Allah lebih tahu siapa yang pantas mendapatkan hidayah, siapa yang akan mensyukurinya, dan siapa yang tidak mensyukurinya. Sehingga ini pantas, ini tidak pantas, ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha sempurna, sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyebutkan, ketika beliau ditanya tentang anak-anak orang musyrik yang meninggal dunia sebelum dewasa.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
الله أعلم بما كانوا عاملين إذ خلقهم
“Allah lebih mengetahui apa yang akan mereka kerjakan seandainya mereka terus hidup ketika Allah menciptakan mereka.”
Yakni, sebelum mereka berbuat, Allah telah Maha Mengetahui karena Allah Maha Sempurna ilmuNya.
Jadi tidak perlu kita mempertanyakan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui, mereka ini tidak akan bersyukur ketika Allah berikan hidayah. Makanya, Allah palingkan mereka dari hidayah sejak awal. Allah Maha Mengetahui bahwa mereka tidak akan mengagungkan, mencintai dan mensyukuri nikmat hidayah.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53760-orang-yang-dicabut-darinya-hidayah/